Laser cutting kini menjadi salah satu teknologi utama dalam produksi kreatif dan industri, karena kemampuannya memotong bahan dengan presisi tinggi dan hasil yang bersih. Tapi, agar mesin laser bisa bekerja optimal, file desain harus disiapkan dengan baik agar sesuai spesifikasi teknis mesin dan karakteristik material.
Artikel ini akan membahas tentang panduan lengkap membuat file untuk laser cutting mulai dari pentingnya file yang sesuai, format file, dimensi, hingga tips agar hasilnya maksimal. Sudah penasaran dengan penjelasannya? Ikuti terus pembahasannya dibawah!
Kenapa File Desain Penting untuk Laser Cutting?
Mesin laser membaca jalur (path) dari file desain, bukan gambar piksel. Jika file tidak akurat, garis-garis tumpang tindih, atau skala salah, hasil pemotongan bisa melenceng, membuat bahan rusak, atau bagian kecil patah. Karena itu, memahami bagaimana menyiapkan file yang benar adalah pondasi agar proyek laser cutting berjalan mulus.
Panduan Membuat File Laser Cutting
Panduan dalam membuat file laser cutting sangat penting sebelum Anda menyerahkan file tersebut ke mesin laser cutting agar hasil dapat maksimal. Berikut penjelasannya:
1. Format File yang Direkomendasikan
Agar desain bisa dibaca dengan baik oleh mesin laser dan tidak terjadi kesalahan interpretasi, berikut beberapa format file yang umum dan disarankan:
- DXF (Drawing eXchange Format)
DXF sangat populer karena banyak layanan laser cutting menerima format ini. Dalam banyak kasus, DXF dipakai sebagai format standar bagi jalur potong 2D. - AI / EPS
Format dari Adobe Illustrator atau format vektor lainnya sering digunakan khususnya dalam desain grafis. - SVG (Scalable Vector Graphics)
Cocok untuk desain vektor, terutama yang bersifat grafis atau profil tipis. - DWG / EPS / format CAD lain
Beberapa penyedia jasa menerima juga file DWG atau file CAD lainnya yang memungkinkan ekspor ke DXF atau AI.
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Jangan gunakan file raster (JPG, PNG, BMP) sebagai jalur langsung pemotongan. File tersebut harus terlebih dahulu dikonversi ke bentuk vektor agar mesin laser memahami jalur yang harus dipotong.
- Pastikan file vektor benar-benar bersih dari elemen-elemen tak terpakai (layer kosong, garis tersembunyi, objek tidak dipakai) agar tidak membingungkan proses pemotongan.
2. Skala & Dimensi: Pastikan Desain 1:1
Desain harus disimpan dalam skala sebenarnya (1:1), artinya ukuran di file adalah ukuran nyata yang akan dipotong. Mesin laser tidak membaca teks ukuran, sehingga jika desain Anda diubah ukurannya setelah dibuat, hasil pemotongan bisa tidak sesuai ekspektasi.
Gunakan satu satuan ukuran konsisten (misalnya mm) dan hindari berpindah‐pindah satuan (cm, inci, dsb), kecuali penyedia laser menginstruksikan sebaliknya.
Baca Artikel Sebelumnya Apa Beda Laser Cutting dan Water Cutting? Ini Penjelasannya!
3. Jalur Potong vs Jalur Ukir (Cut vs Engrave)
Pada banyak proyek laser cutting, ada bagian yang “dipotong penuh” dan bagian yang “diukir / digravir” pada permukaan. Agar mesin bisa membedakan, desain harus memisahkan antara:
- Garis potong: digunakan untuk memisahkan material.
- Garis ukir / gravir: digunakan untuk memberikan detail permukaan.
Umumnya, garis potong diberi warna atau layer khusus agar mesin dapat mengenali bahwa jalur tersebut harus dipotong penuh. Sementara itu, jalur gravir menggunakan layer atau warna lain agar hanya permukaan dikikis sedikit. Pastikan ketebalan stroke garis sesuai standar (misalnya 0,001 pt atau “hairline”) agar dianggap sebagai potong bukan fill.
4. Toleransi, Kerf, dan Penyesuaian Ukuran
Ketika laser memotong, tidak semua material “hilang” persis sebaris dengan jalur desain, melainkan ada lebar potong yang disebut kerf. Kerf ini tergantung pada kekuatan laser, bahan, kecepatan pemotongan, dan jenis mesin.
Oleh karena itu:
- Saat mendesain slot sambungan (slot & tab), kurangi sedikit ukuran agar bagian dapat masuk dengan pas. Misalnya jika bahan 3 mm, slot bisa dibuat 2,9 mm agar tidak terlalu longgar.
- Jarak antar garis pemotongan harus cukup agar material tidak meleleh di antaranya. Hindari desain di mana garis terlalu rapat, terutama untuk bahan yang tipis atau mudah terbakar.
- Untuk lubang atau detail kecil, pastikan ukurannya minimal sesuai toleransi mesin (misalnya lubang minimal 2 mm atau lebih, tergantung mesin).
Dengan memperhitungkan kerf dan toleransi, bagian yang dihasilkan akan lebih presisi dan mudah dipasang (jika ada bagian rakitan).
5. Hindari Garis Tumpang Tindih & Garis Ganda
Garis tumpang tindih menyebabkan laser “melintas ganda” di titik yang sama, yang akan memperpanjang waktu pemotongan, menghasilkan bekas terbakar atau leleh yang berlebih, dan meningkatkan risiko kesalahan.
Untuk itu:
- Pastikan setiap jalur hanya satu garis potong, bukan garis ganda.
- Hapus garis yang saling bertumpuk.
- Pastikan bentuk tidak memiliki garis terbuka (open contour), semua jalur harus tertutup utuh agar mesin bisa mengikutinya dengan benar.
6. Ubah Teks ke Outline / Path
Jika desain mengandung teks (huruf, font), teks tersebut harus dikonversi ke outline atau path agar mesin laser bisa memotong bentuk hurufnya. Jika tidak, mesin tidak akan membaca teks editable dan bisa menyebabkan kesalahan atau tidak memotong huruf sama sekali.
7. Detail Minimal & Jarak Antar Detail
Desain yang memiliki detail sangat halus atau sangat kecil sering gagal ketika dipotong karena keterbatasan resolusi mesin atau bahan. Beberapa pedoman umum:
- Ketebalan garis minimal: misalnya 0,5 mm
- Jarak antar elemen: minimal 1 mm atau sesuai karakteristik bahan
- Diameter lubang minimal: misalnya 2 mm (tergantung mesin)
Dengan menetapkan batas minimum ini, Anda mengurangi risiko bagian patah atau hasil yang tidak memadai.
8. Penyusunan (Nesting) untuk Efisiensi Material
Nesting adalah cara menyusun banyak bentuk dalam lembar material agar penggunaan material seminimal mungkin. Dengan menempatkan bentuk-bentuk lebih dekat satu sama lain (tanpa menyentuh) dan memanfaatkan ruang kosong, Anda bisa mengurangi limbah bahan dan menekan biaya produksi.
Beberapa tips:
- Putar atau flip bagian agar muat ruang kosong.
- Gunakan sisa area untuk bagian kecil.
- Pastikan ada jarak aman agar bagian tidak saling terpotong.
Baca Juga Artikel Apa Saja Jenis Finishing Untuk Hasil Laser Cutting?
9. Uji Prototipe & Tes Produksi Kecil
Sebelum melakukan produksi massal, lakukan pemotongan prototipe dalam skala kecil. Dari prototipe, Anda bisa:
- Mengecek apakah slot pas atau longgar
- Memeriksa kualitas sudut atau bagian halus
- Melihat apakah ada bagian yang terlalu tipis atau lemah
Jika ada kesalahan, Anda bisa memperbaikinya sebelum memproduksi banyak.
10. Diskusikan Spesifikasi dengan Penyedia Jasa Laser
Karena tiap mesin laser (CO₂, fiber, dioda) punya karakteristik berbeda (daya, fokus, kecepatan), sangat penting berkomunikasi dengan penyedia jasa laser:
- Tanyakan spesifikasi minimum desain (ukuran minimum, kerf, toleransi)
- Minta guidance untuk format file yang mereka terima
- Pastikan file dalam format yang mereka bisa proses
Dengan demikian, kesalahan teknis bisa diminimalisir.
11. Tips Tambahan Agar Desain Anda Lebih Andal
- Gunakan layer berbeda untuk potong, ukir, dan marking agar mudah dibedakan.
- Jaga agar file desain tetap ringan dengan hapus elemen tidak perlu.
- Pilih material yang kompatibel dengan mesin laser dan bebas dari zat berbahaya (hindari PVC, bahan yang menghasilkan asap beracun).
- Simpan backup file desain versi asli agar mudah diedit ulang di masa depan.
- Sertakan informasi teknis (ketebalan material, toleransi yang diharapkan) dalam catatan terpisah agar penyedia jasa tahu konteksnya.
Desain file yang tepat adalah kunci agar laser cutting berjalan efisien dan hasilnya sesuai harapan. Mulai dari memilih format file vektor, mengatur skala, memperhitungkan kerf dan toleransi, hingga menguji prototipe, semua langkah tersebut saling terkait.
Kami menyediakan jasa laser cutting berkualitas yang memiliki hasil 1:1 dengan desain yang Anda inginkan karena hanya dikerjakan oleh tim yang profesional pada bidangnnya. Hubungi nomor disini untuk mengetahui informasi selengkapnya. Segera konsultasikan kebutuhan Anda sekarang juga!